Selasa, 18 Desember 2012

DESKRIPSI NYI LARASATI

NYI LARASATI


Pertemuan yang tidak disengaja berawal dari rasa ingin tahu dan penasaran mengenai kehidupan  seorang mahuk halus, kejadian ini terjadi di awal tahun 2010 tepatnya tanggal 9 pahing di suatu tempat di tengah Kota Bandung yaitu di Jl. Karapitan Bandung, Dari rasa penasaran itu muncul keisengan dengan cara memanggil dengan sembarangan seorang mahluk halus melalui mediator seorang teman yang bernama Asep, setelah diberitahu beberapa teknik jadi mediator dengan segala resiko yang akan berpengaruh baik terhadap terhadap fisik maupun mentalnya akhirnya dia bersedia menjadi mediator.

Adalah Nyi Larasati seorang penari cantik yang menjadi kembang di Kerajaan Surya Kancana yang sudah jadi profersinya sebagai ronggeng kerajaan, bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Dengan tersipu malu dan kepala menunduk dia mulai menjawab pertanyaan atau tepatnya ngombol santai, bahwa dia berasal dari pinggiran Gunung Tangkuban Perahu yang masuk dalam wilayah Kabupaten Subang.

Cantik adalah kata yang tepat untuk dia, karena memang dengan postur tubuh tinggi semampai, rambur menjuntai melewati punggungnya yang terlihat halus mulus, bibir tipis tersenyum malu ketika mencuri pandang, hidung bangit menggantung, mata bulat berwarna bening menggambarkan ketulusan, alir hitan pekat menghiasi wajahnya yang sudah cantik, dagu kecil agak runcing, lesung pipit di pipi sebelah kiri menambah asri kulit pipinya yang putih mulus nyaris tampa cela, sekilas nampat tidak ada yang aneh pada penampilannya, kalau saja tidak terlihat telinganya yang agar meruncing pada bagian atasnya. Pakaian seperti kebaya berwarna hijau membalut rapat tubuhnya yang semampai, dan astagfirulloh sekejap saya memalingkan muka kearah yang tidak jelas ketika melihat kedua belahan payudara menyembul dari kebayanya yang memang lahak.

Untuk menghilangkan kegugupan saya melanjutkan obrolan dengan bertanya terbata-bata apakah neng Larasati masih lanjang, dia menjawab tidak, saya sudah punya suami yang berprofesi sebagai punggawa Kerajaan Surya Kancana, saya terhenyak karena tadinya saya berpikiran dia masih berumur belasan tahun, tapi setelah dia menjawab umurnya saratus lima puluh tahun, seolah tidak percaya, betapa tidak sekilas penamilan dan perawakannya seperti teh Uli, tapi agak mudaan dan kulitnya agak putihan. Sayangnya dia sudah menikah.

Seperti kebanyakan gadis cantik di desanya Nyi Larasati punya kompetenci menari ronggeng yang sangat luwes dan trampil sehingga menjadi kembang panggung yang sangat disukai warga Kerajaan Surya Kancana, bahkan disukai Rajanya. Tapi ketika ditanya siapa Nama Suaminya dia tersedah dan tidak bisa menjawab, setelah terdiam agak lama dia hanya menyebutkan suaminya bekerja sebagai punggawa Kerajaan.

Makanan yang biasa dimakan tidak banyak yang bisa ditanyakan, setelah menjawah dia biasa makan pare asak, dengan roman yang seperti ketakutan entah oleh siapa dia buru-buru minta pamit untuk segera kembali ke asalnya  di mumunggang Gunung Tangkuban Perahu Daerah Kabupaten Subang. Wallohu Alam