Sabtu, 17 September 2011

Sistem Pendidikan di Cuba

E. Managemen Pendidikan di Cuba
1. Otorita.
Semua sekolah dalam pendidikan Nasional berada dalam naungan Kementrian Pendidikan . Kementrian ini bertanggung jawab atas kebijakan pendidikan secara umum, mendesain serta melaksanakan silabus dan kurikulum, menyarankan metode-metode mengajar, mensupervisi dan mengontrol pendidikan.
Lembaga-lembaga pendidikan tinggi berada dibawah bermacam-macam badan , tergantung dari jenis dan bidang garapan. Lembaga Pendidikan tinggi kedokteran berada dibawah Kementrian kesehatan rakyat, Lembaga pendidikan keguruan yang bertugas mendidik guru-guru pendidikan dasar dan menengah berada dibawah kementrian pendidikan, Institut kesenian dibawah kementrian kebudayaan, dan seterusnya.  Lembaga Pendidikan tinggi yang mendidik calon profesional untuk pertanian, industri, sosial dan humaniora menjadi tanggung jawab dan berada di bawah kementrian Pendidikan Tinggi. Reformasi Pemerintah tahun 1976 memberikan kekuasaan lebih besar kepada lembaga-lembaga pendidikan Negeri. Dalam hal pusat-pusat pendidikan tinggi, hubungan dengan masyarakat makin diperkuat, dan hubungan ini terus dikaji agar hubungan dengan masyarakat dapat diperbesar dan diperkuat.
Supervisi dan kontrol dijalankan pada tingkat Nasional, Provinsi dan Kotamadya, Reformasi sistem manageman dan organisasi diarahkan pada desentralisasi dan fleksibilitas. Ini memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada pemerintah dan kotamadya untuk mengambil inisiatif dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat.
Langkah-langkah ke arah peningkatan status guru dan kepala sekolah juga dilakukan termasuk menghilangkah kegiatan-kegiatan yang tidak perlu sehingga tidak memperberat beban guru dan staf dengan hal-hal yang tidak perlu. Sedang diupayakan juga pengangkatan dan penggunaan guru secara lebih rasional dan  ekses-ekses yang membuat tingginya biaya pendidikan. Badan-badan pendidikan  yang terdiri dari orang tua murid, tetangga orang-orang kunci dalam masyarakat/ pemimpin informal, dan wakil-wakil lembaga telah terbukti keefektipannya. Walaupun potensi mereka belum lagi sepenuhnya termanfaatkan. Sebagai contoh, dukungan diberikan oleh masyarakat ke sekolah, dan permintaan dan tuntutan kepada sekolah juga masyarakat.
Pada Pendidikan tinggi, kecenderungan ini adalah untuk mengangkat status rektor, dekan dan pimpinan-pinpinan lainnya, dan juga kecenderungan ke arah desentralisasi pembuatan keputusan dalam hal metodologi. Misalnya kurikulum yang telah diimplementasikan secara nasional,  jumlah jam mengajar sekarang dapat ditentukan oleh lembaga pendidikan tinggi masing-masing sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan daerah tempat lokasi lembaga itu. Untuk program pasca sarjana dan penelitian-penelitian ilmiah masing-masing lembaga memperhatikan keperluan daerah serta kemampuan staf pengajar dan peneliti.
Sistem kontrol pemerintah dilakukan dengan mengkaji serta menilai proses mengajar pada berbagai tingkat. Sistem ini selalu dikaji ulang dan diperbaiki,  Perhatian khusus diberikan pada pada petugas yang melaksanakan fungsi kontrol yang terdiri dari sekelompok kecil staf dengan tugas purna waktu. Mereka kebanyakan dipilih berdasarkan pengalaman dan prestasi dan prestise profesional mereka. Kebanyakan mereka berasal dari guru-guru , para profesional atau peneliti (dua yang terakhir untuk perguruan tinggi), yang melakukan tugasnya secara temporer sedemikian rupa sehingga peran supervisor bergabung dengan pihak yang disupervisi.
Peran yang sangat penting dalam kehidupan sekolah dijalankan oleh organisasi siswa. Ada asosiasi pionir pada tingkat pendidikan dasar dan menengah pertama; di tingkat pendidikan atas, sekolah teknik dan profesional terdapat federasi siswa sekolah menengah, Federation of intermediate-level students (FEEM); pada tingkat pendidikan tinggi  ada federasi mahaasiswa, Federation of university students (FEU) . Hal yang sama juga terdapat pada sektor pendidikan lain. Seperti siswa pekerja membentuk kehendak mereka dan bekerjasama mengembangkan  aktivitasnya. Juga terdapat organisasi pekerja sains, Union of Science Wokers.

2. Pendanaan.
Pendidikan di Cuba diselenggarakan dan didanai oleh Negara. Pada pendidikan tinggi, bisnis dilihat dari perkembangan anggaran yang secara konstan naik. Pada tahun 1959, misalnya anggaran untuk setiap penduduk adalah 11 pesos naik menjadi 175 pesos (US $59,5 juta) naik menjadi 648,5 juta pesos (US$486,4 juta) dalam tahun 1970, dan dari 134,5 juta pesos ( US $ 1000,8 juta) menjadi 1823,4 juta pesos tahun 1990.

3. Personalia.
Pendidikan di cuba  telah mengalami pertumbuhan pendidikan yang dramatis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, guru menjadi komponen yang sangat penting dalam pertumbuhan ini , Upaya-upaya yang cukup sistematis selalu diarahkan pada pendidikan dan
 peningkatan pada staf pengajar. Pendidikan guru tingkat dasar dan menengah dilakukan berupa peningkatan latar belakang kultural serta peningkatan level kemampuan pedagogik dan psikologis dalam mengajar.
Juga terdapat sekolah-sekolah untuk pelatihan pustakawan dan personil keperawatan, serta institut pendidikan guru tempat-guru-guru untuk pendidikan dasar dan menengah, pendidikan teknik dan profesional dididik dan dilatih. Lembaga pendidikan guru yang lebih tinggi juga melayani pendidikan level universitas untuk menyiapkan guru-guru sekolah dasar dan pra sekolah. Inservis Training pada umumnya bersifat wajib.  Lembaga-lembaga pendidikan guru dan lembaga-lembaga lain di tingkat pascasarjana, kursus-kursus, seminar, serta konferensi-konferensi ilmiah.
Disamping pendidikan guru yang reguler atau latihan-latihan yang bersifat emergensi, perhatian yang cukup besar juga diberikan pada usaha peningkatan diri sendiri, berdasarkan penilaian dan penelitian yang dilakukan oleh pihak perguruan tinggi ternyata bahwa mahasiswa yang mendaftar pada lembaga pendidikan bukanlah mahasiswa yang berkualitas terbaik dibandingkan yang mendaftar ke bidang bidang lain. Untuk mengatasi masalah ini, sistem “self-improvement”  atau sistem memperbaiki diri sendiri digunakan. Dalam tahun 1922, sistem cuti panjang atau sabatikal yang dibayar diperkenalkan pada guru-guru pendidikan dasar  untuk meningkatkan kualifikasinya, Implementasi tahun sabatikal ini dan kenaikan status sangat mungkin guru-guru tingkat dasar adalah lulusan universitas, yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Diantara langkah-langkah penting yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pengajaran pada tingkat dasar dan menengah adalah partisipasi mahasiswa dalam kehidupan sekolah; kebebasan yang diberikan kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan profesional; menesuaikan kurikulum sekolah terhadap kebutuhan masyarakat setempat; partisipasi sekolah dalam melatih kader kader guru; dan penggunaan hasil-hasil penelitian  untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan.

4. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran
            Kurikulum dan silabus berlaku secara nasional untuk semua tingkat pendidikan. Tujuanya agar terjamin homogenitas atau keseragaman isi dasar yang diajarkan pada setiap tingkat.
Kurikulun dan silabus selalu diperbaiki untuk disesuaikan isinya dengan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah. Pada tingkat dasar menengah, kurikulum dan silabus baru diimplementasikan pada tahun 1975-1981, pertama pada sistem pendidikan politeknik, dan kemudian pada sekolah-sekolah lainnya.  Diantara perbaikan kurikulum dan silabus,  dan juga perbaikan proses mengajar. Adalah  (a). Untuk mendapatkan uraian yang jelas tentang apa yang ingin dicapai; (b). Untuk memberikan kekuasaan yang lebih besar kepada guru dan sekolah sehingga mereka mampu menyesuaikan kurikulum Nasional dengan kenyataan dan kondisi di daerah setempat dan (c). Untuk menyakinkan pengembangan keterampilan kerja, disiplin dan kesadaran bahwa nilai-nilai sosial rakyat Kuba hendaklah ke arah mental penghasil atau produsen, bukan mental konsumen.
Kurikulum, silabus dan bahan-bahan pengajaran lainya ditulis secara bersama oleh guru-guru yang dipilih atas dasar perpormansi profesional yang tinggi dan direvisi oleh para spesialis dan ilmuan yang lebih baik dalam bidang ilmu tertentu, tanpa memandang tempat mereka bekerja. Pada pendidikan teknik dan profesional, diminta partisipasi para teknisi yang berkualifikasi tinggi yang berbeda pada sektor yang berbeda-beda. Perubahan dalam bidang kurikulum segera dilakukan pada lembaga pendidikan guru, baik pada strata I maupun pasca sarjana.
Ujian-ujian negara secara konsisten harus selalu diperbaiki, dan evaluasi terhadap hasil proses pendidikan sehari-hari oleh pada guru selalu didorong. Disamping itu, upaya upaya juga dilakukan agar terjadi peningkatan interaksi antara  berbagai level pendidikansupaya dapat dimonitor peroses pendidikan sepanjang jalan, bukan hanya pada akhir “ grade” 9 atau 12 saja. Diveersifikasi, dimana perlu akan dilakukan untuk menjawab secara efektif keperluan dan interest siswa yang selalu berubah.
Karakteritik umum keseluruhan sistem pendidikan Nasional Kuba ialah  memperluas pilihan kurikulum sehingga dapat diciptakan mobilitas yang lebih fleksibel dalam penempatan pekerjaan, dan keterampilan-keterampilan khusus dapat dikembangkan pada saat terakhir proses pendidikan siswa.
Peningkatan kualitas pengajar adalah sasaran yang juga ingin dicapai dalam sistem pendidikan. Disamping perbaikan kurikulum dan desentralisasi, ada beberapa kebijakan untuk mengaitkan pendidikan sekolah dengan kehidupan ekonomi, politik, dan sosial masyarakat, bahkan juga dengan negara dan dunia.

5. Ujian Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi.
Pada tingkat pendidikan dasar kenaikan kelas dari “grade” yang satu ke “grade” yang lebih tinggi berlangsung secara otomatis. Murid-murid yang mengalami kesukaran dalam pelajaranya, diberikan perlakuan dan pelayanan khusus tanpa memisahkan mereka dari kelasnya. Untuk menyakinkan bahwa taraf pengetahuan minimum murid dapat tercapai pada “grade” 6, 9, dan 12 di seluruh negara, ujian-ujian negara dilakukan  pada tingkat-tingkat itu. Selanjutnya untuk memasuki perguruan tinggi, daftar nama seluruh pelamar digabungkan menurut nilai yang diperoleh pada pendidikan menengah dengan nilai yang diperoleh pada ujian-ujian negara.
Untuk setiap level pendidikan,  persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan sertifikat atau ijasah yang telah ditetapkan. Sistem pendidikan nasional disusun sedemikian rupa sehingga setiap level bisa cocok dengan level yang lain (dovetail).  Dua terminal yang paling besar alternatifnya dalam sistem adalah pada “grade”  9 dan 12. Tetapi untuk mencapai fleksibilitas yang lebih besar, usaha yang dilakukan adalah untuk memperbanyak tempat berhenti pendidikan atau terminmal, dan mendiversifikasi pendidikan, sehingga kemampuan dan interes siswa dapat dipenuhi atau dilayani




Semua sekolah
Pendidikan Di Kuba
Ketika pemerintah memotong subdisi bahan bakar minyak (BBM), alasan yang dimajukan karena pemerintah ingin menghemat anggaran negara. Kalau subsidi tidak dipangkas, negara bisa bangkrut. Tapi, apakah dengan menghemat anggaran negara berarti melepaskan diri dari tanggung jawab terhadap pemenuhan hak-hak sosial-ekonomi rakyat? Tokh, pemerintah bukan hanya memotong subsidi untuk BBM, listrik dan telepon tapi, juga memotong subsidi untuk sektor kesehatan dan pendidikan.
Kalau dirunut ke belakang, pertanyaannya apakah benar negara kita kekurangan anggaran untuk pemenuhan kebutuhan rakyat? Saya tidak memiliki data yang akurat seputar masalah ini. Apalagi soal anggaran atau penghitungan anggaran ini sangat rumit atau sengaja di rumit-rumitkan. Tetapi, saya meragukan bahwa negara kita mendekati bangkrut, sehingga memberi alasan kepada pemerintah untuk berlepas tangan dari kewajiban konstitusionalnya.
Marilah kita bandingkan sejenak kondisi negara kita dengan Kuba, sebuah negara kepulauan di kawasan Karibia, Amerika Selatan. Kuba secara ekonomi adalah negara miskin, karena selama 40 tahun diembargo oleh pemerintah Amerika Serikat. Seperti Indonesia, dalam peta bumi ilmu sosial, Kuba digolongkan sebagai negara berkembang. Tetapi jika kita menengok laporan indeks kualitas manusia yang diterbitkan oleh badan perserikatan bangsa-bangsa (PBB), kualitas sumberdaya manusia Kuba, jauh melampaui kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Mengapa bisa demikian?
Universitas Untuk Semua
Di negeri yang terkenal karena produk cerutunya itu, tingkat melek huruf penduduknya sangat tinggi. 97 persen dari penduduk yang berusia di atas 15 tahun bisa membaca dan menulis. Dari komposisi itu, jumlah laki-laki yang melek huruf mencapai 97, 2 persen, sedangkan perempuan mencapai 96,9 persen. Sebagai perbandingan, sebelum revolusi pada 1959, angka buta huruf sebesar 30 persen. Kini penduduk yang buta huruf nol persen. Kuba juga merupakan negara dengan tenaga guru terbesar dan tersukses dalam bidang pendidikan. Dari segi komposisi jumlah guru-murid, untuk tingkat sekolah dasar dari setiap 20 murid dilayani oleh satu orang pengajar. Untuk tingkat sekolah menengah, satu orang pengajar melayani 15 murid. Keadaan ini menyebabkan hubungan antara guru-murid berlangsung secara intensif.
Setiap guru di Kuba adalah lulusan universitas dan memperoleh pelatihan yang sangat intensif dan berkualitas selama masa karirnya. Yang unik dari sistem pendidikan Kuba, adalah hubungan guru-murid-orang tua yang tampak dikelola secara kolektif. Seluruh staf pendidikan (pengajar dan pegawai administrasi) tinggal di dekat sekolah, sehingga mereka mengenal satu sama lain. Bersama murid dan orang tuanya, para guru ini bekerja bersama dan menyelesaikan secara bersama masalah-masalah menyangkut bidang pendidikan dan kesehatan. Metode ini merupakan pengejawantahan dari nilai hidup yang diwariskan oleh Che Guevara, tentang solidaritas kelas. Dengannya, pendidikan tidak hanya bermakna vertikal, dimana semakin terdidik orang peluangnya untuk berpindah kelas semakin terbuka. Tapi, juga bermakna horisontal, bahwa pendidikan juga bertujuan untuk memupuk dan mengembangkan solidaritas antar sesama, penghargaan terhadap alam-lingkungan dan kemandirian.
Menurut Juan Casassus, anggota tim dari the Latin American Laboratory for Evaluation and Quality of Education at UNESCO Santiago, prestasi tinggi Kuba dalam pendidikan ini merupakan hasil dari komitmen kuat pemerintahan Kuba yang menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas teratas selama 40 tahun sesudah revolusi. Pemerintah Kuba memang mengganggarkan sekitar 6,7 persen dari GNP untuk sektor ini, dua kali lebih besar dari anggaran pendidikan di seluruh negara Amerika Latin.
Dengan anggaran sebesar itu, pemerintah Kuba berhasil membebaskan seluruh biaya pendidikan, mulai dari level sekolah dasar hingga universitas. Bebas biaya pendidikan juga untuk sekolah yang menempa kemampuan profesional. "Everyone is educated there. Everyone has access to higher education. Most Cubans have a college degree," ujar Rose Caraway, salah satu mahasiswa AS yang ikut progam studi banding di Kuba, pada 2005. Kebijakan ini menjadikan rakyat Kuba sebagai penduduk yang paling terdidik dan paling terlatih di seluruh negara Amerika Latin. Saat ini saja ada sekitar 700 ribu tenaga profesional yang bekerja di Kuba.
Tetapi, kebijakan menggratiskan biaya pendidikan ini tampaknya kurang mencukupi. Sejak tahun 2000, pemerintah Kuba mencanangkan program yang disebut “University for All.” Tujuan dari program ini adalah untuk mewujudkan mimpi menjadikan Kuba sebagai “a nation become a university.”
Melalui program ini seluruh rakyat Kuba (tua-muda, laki-perempuan, sudah berkeluarga atau bujangan) memperoleh kesempatan yang sama untuk menempuh jenjang pendidikan universitas. Caranya, pihak universitas bekerjasama dengan Cubavision and Tele Rebelde, menyelenggarakan program pendidikan melalui televisi. Perlu diketahui, saat ini media televisi Kuba menyediakan 394 jam untuk program pendidikan setiap minggunya. Jumlah ini sekitar 63 persen dari total jam tayang televisi Kuba. Dalam kerjasama ini, pihak universitas menyediakan paket kurikulum pendidikan dan tenaga pengajar dan pemikir yang berkualitas. Sebagai contoh, salah satu mata acara yang disuguhkan adalah sejarah filsafat, yang diasuh oleh Miguel Limia, seorang profesor filsafat dari institut filsafat.
Demikianlah, sejak program ini on-air pada 2 Oktober 2000, ada sekitar 775 profesor yang datang dari universitas-universitas besar di Kuba yang aktif terlibat dalam program ini.
Hasil dari komitmen dan kerja keras pemerintah Kuba dalam membangun sektor pendidikan ini, nampak dari hasil kajian perbandingan yang dilakukan oleh UNESCO, terhadap siswa dari 13 negara Amerika Latin di bidang matematika dan bahasa. Dari studi itu diperoleh hasil, prestasi siswa Kuba jauh di atas prestasi siswa dari negara lainnya yakni, sekitar 350 point. Bandingkan dengan Argentina, Chile, dan Brazil yang nilainya mendekati 250 poin.
Prestasi Bidang Kesehatan
Salah satu prestasi tertinggi dari pembangunan pendidikan Kuba, tampak dalam bidang pendidikan kesehatan. Seperti dikemukakan Cliff DuRand, profesor emeritus filsafat di Morgan State University, Baltimore, AS, saat ini rata-rata tingkat kematian dini di Kuba hanya 5,8 kematian dalam satu tahun untuk 1.000 kelahiran. Angka ini adalah yang terendah di kawasan Amerika Latin, bahkan lebih rendah dari yang terjadi di Amerika Serikat.
Jumlah tenaga dokter per kapita Kuba jauh lebih banyak dibandingkan negara manapun di dunia. Saat ini saja, ada sekitar 130.000 tenaga medis profesional. 25.845 tenaga dokter Kuba bekerja untuk misi kemanusiaan di 66 negara, 450 di antaranya bekerja di Haiti, negara termiskin di benua Amerika. Sebagian lainnya bekerja di kawasan-kawasan miskin di Venezuela. Ketika terjadi bencana topan Katrina di New Orleans, beberapa waktu lalu, Presiden Fidel Castro berinisiatif mengirimkan 1.500 tenaga dokter. Tapi, inisiatif ini ditolak oleh pemerintah AS dengan alasan yang sifatnya politis.
Tidak hanya untuk rakyat Kuba, kini melalui Latin American School of Medicine, pemerintah Kuba memberikan beasiswa untuk pendidikan kesehatan kepada ratusan kaum muda miskin dari seluruh negara Amerika Latin, Afrika, bahkan Amerika Serikat. Yang menarik, di Kuba pengajaran kesehatan tidak hanya menyangkut soal ilmu pengetahuan dan seni pengobatan tapi, juga nilai-nilai pelayanan sosial terhadap kemanusiaan. Seperti dikemukakan Castro, ketika mewisuda 1610 mahasiswa pada musim panas Oktober 2005,
“Modal manusia (human capital) jauh lebih bernilai ketimbang modal kapital (financial capital). Modal manusia meliputi tidak hanya pengetahuan, tapi juga – dan ini yang sangat mendasar – kesadaran, etika, solidaritas, rasa kemanusiaan yang sejati, semangat rela berkorban, kepahlawanan, dan kemampuan menciptakan sesuatu dalam jangka panjang.”

Ditulis dalam Politik

Tanggapan
This post has been removed by a blog administrator.
    •  
Oleh: Anonymous on November 4, 2005
at 6:16 am
Saya sangat tertarik dengan tulisan Bang Coen ini.
Pendidikan memang harus diutamakan jika ingin memajukan suatu negara.
Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah selama ini menurut saya hanyalah ‘obat ringan’ terhadap sebuah penyakit(red masalah) yang kronis, yang hanya mengobati sementara saja.
Andaikan pemerintah mau mengalokasikan anggarannya lebih banyak ke sektor pendidikan, dalam 10-15 tahun kedepan Indonesia bisa lebih baik.
Sayang memang orang Indonesia terkadang tidak sabaran…Termasuk pejabat, partai, dan juga masyarakatnya…(semua hasil produk pendidikan dengan anggaran murah)
    •  
Oleh: Rony Zakaria on November 7, 2005
at 3:53 am
Harlan Isjwara
Jika Kuba begitu hebat, mengapa hampir tiap hari ada orang Kuba lari ke Florida ? Dalam setahun jumlahnya ribuan (sama juga dengan banyaknya orang Cina berenang/lari/menyelundup ke Hongkong). Saya khawatir Kuba memakai taktik Soekarno di jaman Orla, memberitakan, bahwa buta huruf dan malaria sudah punah di Indonesia, padahal belum. Saya yakin banyak
prestasi Kuba (dan RRC), tetapi masih banyak juga kekurangannya.
    •  
Oleh: Anonymous on November 7, 2005
at 8:52 am
Mbak atau Mas Harlan,
Soal Kuba:
1. Seluruh data yang saya kutip itu dipublikasikan oleh Unesco badan di bawah PBB, dan juga oleh sarjana-sarjana dari AS. Jadi menurut saya agak netral dari bias propaganda politik.
2. Orang Kuba mengungsi ke AS, ya itu wajar saja. Orang beda keyakinan politik dan merasa tidak nyaman dengan sistem politik yang berlangsung di negeri punya beberapa pilihan: (1) melawan kekuasaan yang berbeda itu; (2) diam sambil menunggu saat yang tepat untuk melawan; dan (3) mengungsi mencari tempat yang lebih nyaman secara politik. Lagipula AS itu jaraknya hanya sepelemparan batu dari Kuba.
3. Kuba itu memang negara miskin, dalam arti jika kita menggunakan ukuran pertumbuhan ekonomi, besaran investasi asing, arus modal barang dan jasa, seperti yang selalu dijadikan ukuran sukses pembangunan sebuah negara. Tapi, mengapa mesti selalu itu ukuran kesuksesan? Orde Baru juga menggunakan ukuran itu, dan pernah disebut oleh Bank Dunia sebagai salah satu dari “Keajaiban Asia.” Kenyatannya, ekonomi kita sangat rapuh, sangat tergantung pada dinamika ekonomi internasional. Lalu, kemana angka-angka menakjubkan itu? Ya tersimpan dalam buku teks ekonomi.
Kuba tidak terlalu mempersoalkan angka-angka pertumbuhan ekonomi dari sudut pandang ekonomi liberal. apalagi karena Kuba diembargo oleh pemerintah AS. Kuba memilih membangun negaranya dengan mengedepankan kualitas SDM, yang terbukti lebih tahan uji ketimbang kita. Coba Anda bayangkan kalau ekonomi Indonesia diembargo oleh katakanlah, Jepang (negara ini adalah pemberi utang terbesar kedua setelah konsorsium Bank Dunia kepada Indonesia), hmm, tak bisa dibayangkan. Memang masih banyak pelajaran yang bisa dipetik dari Kuba. Soal pembangunan pertanian misalnya, Kuba saat ini adalah negara yang paling berhasil dalam membangun sistem pertanian organik (tanpa menggunakan pestisida dan pupuk non-organik, seperti urea dsb). Pertanian organik ini dikembangkan, sebagai jawaban atas embargo AS dan bangkrutnya negara-negara Stalinis di Eropa Timur yang merupakan mitra dagang Kuba sebelumnya. Kini bahkan AS, sedang giat-giatnya menggalakkan penggunaan bahan makanan organik. Tulisan itu sebenarnya saya maksudkan agar kita mencoba mencari alternatif untuk keluar dari keterpurukan yang sangat memalukan ini. Bagi saya, kini saatnya bagi pemerintah, gerakan masyarakat sipil, dan gerakan sosial lainnya, untuk mengedepankan pembangunan kualitas SDM di atas pembangunan fisik dan angka-angka statistik ekonomi uang. “Saya yakin, jika pendidikan dan kesehatan kita gratis pada semua tingkatan, maka BBM naik 200 persen pun rakyat bisa memahami. Hemat di satu sisi, boros di sisi lain. Ini yang namanya subsidi silang.
Salam,
Coen
    •  
Oleh: Coen Husain Pontoh on November 7, 2005
at 8:58 am
Bapak (ma’af, ataukah Ibu ?) Coen,
Saya setuju, bahwa tingkat kemakmuran yang diukur melulu dengan uang tidak selalu menggambarkan kesejahteraan rakyat. Kemungkinana besar – jika di negara berkembang – yang makmur hanya segolongan pimpinan saja. Dan saya setuju dengan niat anda untuk memberi jalan alternatif (free education and medical
coverage).
Yang saya ragukan adalah data-data PBB dan
sarjana-sarjana AS yang anda kutip. Karena, lihat saja Indonesia : begitu yakinnya World Bank + IMF + PBB menyatakan, bahwa kita (OrBa) sukses membangun ekonomi (seperti conth yang anda pakai), padahal dalamnya rapuh ! Jadi, jika di Indo yang penuh dengan wartawan asing dan akhli-akhli ekonomi asing saja mereka bisa salah, apalagi di Kuba atau RRC, yang negaranya tertutup (Komunis).
Saya tidak mengatakan, bahwa anda PASTI salah. Hanya kita mesti hati-hati dalam mempelajari data dari negara tertutup (sulit diverifikasi). Bayangkan, di Indo kita punya Bappenas – yang katanya – didikte oleh HIID (Harvard International Institute of Development). Ternyata mereka sendiri kecolongan, ternyata ekonomi kita rapuh – tidak sekuat seperti yang mereka tulis dalam laporan-laporannya (dalam mendukung permintaan utang baru; kasarnya – mereka bilang : jangan khawatir, ekonomi Indo kokoh. Kasi saja utang baru).
Apalagi kalau mereka cuma dari jauh
membaca laporan pemerintah (mungkin benar, mungkin propaganda ala Soekarno/Soeharto).
El Ingle, 14 Juni 1961Kepada yang terhormat,
Perdana Menteri DR. Fidel Castro.
Saya menulis sedikit catatan kepada Anda, untuk menyatakan bahwa saya tidak tahu bagaimana menulis atau membaca. Terima kasih kepada Anda, yang telah merealisasikan rencana melek huruf ke dalam praktek. Saya juga berterima kasih kepada para guru yang telah mengajari saya, sehingga membuat saya bisa membaca dan menulis. Saya adalah seorang miliciano dan saya bekerja di koperasi Rogelio Perea. Saya sangat senang jika Anda mau berkunjung ke koperasi ini.
Viva la revolucion socialista
Patria o Muerte
Venceremos
Salam,
Felix D. Pereira Hernandez
Surat yang ditulis Hernandez ini, adalah salah satu bentuk penghargaan rakyat Kuba terhadap Fidel Castro, atas kepemimpinannya dalam memajukan dunia pendidikan di Kuba. Sebagaimana ditulis Leo Huberman dan Paul Sweezy, dalam buku mereka yang telah menjadi klasik, “Socialism in Cuba,” pendidikan di Kuba adalah salah satu contoh tersukses rejim Sosialis.
Kebijakan memajukan pendidikan di Kuba, sebenarnya telah dicanangkan sejak rejim Castro belum lagi berkuasa. Saat itu, bertempat di Fort Moncanda, pada 26 Juli 1953, Castro menyatakan ada enam problem yang “kita harus sesegera mungkin menyelesaikan secara bertahap” yakni, masalah tanah, industrialisasi, perumahan, pengangguran, pendidikan, dan kesehatan. Tapi, rencana itu baru mulai betul-betul dicanangkan, saat Fidel Castro di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Banga (PBB), pada September 1960, menyatakan bahwa 1 Januari 1961 telah dicanangkannya sebagai tahun dimulainya kampanye besar-besaran di negaranya dalam memberantas buta huruf. Tahun itu juga ditetapkan sebagai Tahun Pendidikan (The Year of Education).
Sejak saat itu, dimulailah mobilisasi dan perencaan pembangunan sektor pendidikan di seluruh negeri. Para brigadistas (relawan) yang diterjunkan ke lapangan membawa buku petunjuk dan bendera Kuba satu tangan dan lampu paraffin (simbol kampanye) di tangan lainnya. Dalam memobilisasi massa terdidik untuk mengajari massa rakyat yang buta huruf, slogan yang dikumandangkan adalah “the people should teach the people.” Di kantor-kantor, di lahan-lahan pertanian dan perkebunan, dan pabrik-pabrik dikumandangkan slogan, “If you know, teach; if you don’t know, learn.”
Sementara di radio dan televisi nasional, setiap saat diumumkan bahwa “Every Cuban a teacher; every house a school.” Di organisasi-organisasi massa, dipropagandakan kepada seluruh anggotanya bahwa penyair menulis puisi, artis melukis gambar dan mendesain poster, penulis lagu menulis lagu, pers memuat berita utama tentang kemajuan dan para fotografer berpartisipasi dalam kampanye melalui gambar. Pokoknya, seluruh bangsa turut berperanserta dalam gerakan revolusioner besar-besaran dalam bidang kebudayaan: penghapusan buta huruf.
Pada 22 Desember 1961, program alphabetisasi ini berakhir. Hasilnya, angka buta huruf merosot drastis, dari 23,6 persen ketika program ini pertama kali dicanangkan menjadi tinggal 3,9 persen. Bandingkan misalnya, dengan negara-negara lain di kawasan Amerika Latin, dimana sekitar 33 persen penduduknya adalah buta huruf. Rata-rata angka buta huruf di kawasan itu bervariasi dari 8,6 persen di Argentina hingga 80 persen di Haiti. Melihat sukses ini, Huberman dan Sweezy menulis,
“Never in the history of education anywhere in the world had there been so successful an achievement.”
Tapi, Anda mungkin bertanya, itu khan prestasi Kuba ketika perang dingin tengah berlangsung? Prestasi yang dicapai ketika negara-negara komunis, terutama Uni Sovyet, masih merupakan partner dagang terbesar Kuba? Bagaimana keadaannya kini, ketika komunisme sudah dinyatakan gagal?
Universitas Untuk Semua
Di negeri yang terkenal karena produk cerutunya itu, tingkat melek huruf penduduknya sangat tinggi. 97 persen dari penduduk yang berusia di atas 15 tahun bisa membaca dan menulis. Dari komposisi itu, jumlah laki-laki yang melek huruf mencapai 97, 2 persen, sedangkan perempuan mencapai 96,9 persen. Saat ini, Kuba juga merupakan negara dengan tenaga guru terbesar dan tersukses dalam bidang pendidikan. Sebelum revolusi pada 1959, angka buta huruf sebesar 30 persen. Kini penduduk yang buta huruf nol persen. Dari segi komposisi jumlah guru-murid, untuk tingkat sekolah dasar dari setiap 20 murid dilayani oleh satu orang pengajar. Untuk tingkat sekolah menengah, satu orang pengajar melayani 15 murid. Keadaan ini menyebabkan hubungan antara guru-murid berlangsung secara intensif.
Setiap guru di Kuba adalah lulusan universitas dan memperoleh pelatihan yang sangat intensif dan berkualitas selama masa karirnya. Yang unik dari sistem pendidikan Kuba, adalah hubungan guru-murid-orang tua yang tampak dikelola secara kolektif. Seluruh staf pendidikan (pengajar dan pegawai administrasi) tinggal di dekat sekolah, sehingga mereka saling mengenal satu sama lain. Bersama murid dan orang tuanya, para guru ini bekerja bersama dan menyelesaikan secara bersama masalah-masalah menyangkut bidang pendidikan, pertanian, dan kesehatan. Metode ini merupakan pengejawantahan dari nilai hidup yang diwariskan Che Guevara, tentang solidaritas kelas. Dengannya, pendidikan tidak hanya bermakna vertikal, dimana semakin terdidik orang peluangnya untuk berpindah kelas semakin terbuka. Tapi, juga bermakna horisontal, dimana pendidikan sekaligus bertujuan memupuk dan mengembangkan solidaritas antar sesama, penghargaan terhadap alam-lingkungan dan kemandirian.
Menurut Juan Casassus, anggota tim dari the Latin American Laboratory for Evaluation and Quality of Education at UNESCO Santiago, prestasi tinggi Kuba dalam pendidikan ini merupakan hasil dari komitmen kuat pemerintahan Kuba, yang menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas teratas selama 40 tahun sesudah revolusi. Pemerintah Kuba memang mengganggarkan sekitar 6,7 persen dari GNP untuk sektor ini, dua kali lebih besar dari anggaran pendidikan di seluruh negara Amerika Latin.
Dengan anggaran sebesar itu, pemerintah Kuba berhasil membebaskan seluruh biaya pendidikan, mulai dari level sekolah dasar hingga universitas. Bebas biaya pendidikan diberlakukan juga untuk sekolah yang menempa kemampuan profesional. "Everyone is educated there. Everyone has access to higher education. Most Cubans have a college degree," ujar Rose Caraway, salah satu mahasiswa AS yang ikut progam studi banding di Kuba, pada 2005. Kebijakan ini menjadikan rakyat Kuba sebagai penduduk yang paling terdidik dan paling terlatih di seluruh negara Amerika Latin. Saat ini saja ada sekitar 700 ribu tenaga profesional yang bekerja di Kuba.
Tetapi, kebijakan menggratiskan biaya pendidikan ini tampaknya kurang mencukupi. Sejak tahun 2000, pemerintah Kuba mencanangkan program yang disebut “University for All.” Tujuan dari program ini adalah untuk mewujudkan mimpi menjadikan Kuba sebagai “a nation becomes a university.”
Melalui program ini seluruh rakyat Kuba (tua-muda, laki-perempuan, sudah berkeluarga atau bujangan) memperoleh kesempatan yang sama untuk menempuh jenjang pendidikan universitas. Caranya, pihak universitas bekerjasama dengan Cubavision and Tele Rebelde, menyelenggarakan program pendidikan melalui televisi. Perlu diketahui, saat ini media televisi Kuba menyediakan 394 jam untuk program pendidikan setiap minggunya. Jumlah ini sekitar 63 persen dari total jam tayang televisi Kuba. Dalam kerjasama ini, pihak universitas menyediakan paket kurikulum pendidikan dan tenaga pengajar dan pemikir yang berkualitas. Sebagai contoh, salah satu mata acara yang disuguhkan adalah sejarah filsafat, yang diasuh oleh Miguel Limia, seorang profesor filsafat dari institut filsafat.
Demikianlah, sejak program ini on-air pada 2 Oktober 2000, ada sekitar 775 profesor yang datang dari universitas-universitas besar di Kuba yang aktif terlibat dalam program ini.
Hasil dari komitmen dan kerja keras pemerintah Kuba dalam membangun sektor pendidikan ini, nampak dari hasil kajian perbandingan yang dilakukan oleh UNESCO, terhadap siswa dari 13 negara Amerika Latin di bidang matematika dan bahasa. Dari studi itu diperoleh hasil, prestasi siswa Kuba jauh di atas prestasi siswa dari negara lainnya yakni, sekitar 350 point. Bandingkan dengan Argentina, Chile, dan Brazil yang nilainya mendekati 250 poin.
Prestasi Bidang Kesehatan
Salah satu prestasi tertinggi dari pembangunan pendidikan Kuba, tampak dalam bidang pendidikan kesehatan. Seperti dikemukakan Cliff DuRand, profesor emeritus filsafat di Morgan State University, Baltimore, AS, saat ini rata-rata tingkat kematian dini di Kuba hanya 5,8 kematian dalam satu tahun untuk 1.000 kelahiran. Angka ini adalah yang terendah di kawasan Amerika Latin, bahkan lebih rendah dari yang terjadi di Amerika Serikat.
Jumlah tenaga dokter per kapita Kuba jauh lebih banyak dibandingkan negara manapun di dunia. Saat ini saja, ada sekitar 130.000 tenaga medis profesional. 25.845 tenaga dokter Kuba bekerja untuk misi kemanusiaan di 66 negara, 450 di antaranya bekerja di Haiti, negara termiskin di benua Amerika. Sebagian lainnya bekerja di kawasan-kawasan miskin di Venezuela. Ketika terjadi bencana topan Katrina di New Orleans, beberapa waktu lalu, Presiden Fidel Castro berinisiatif mengirimkan 1.500 tenaga dokter. Tapi, inisiatif ini ditolak oleh pemerintah AS dengan alasan yang sifatnya politis.
Tidak hanya untuk rakyat Kuba, kini melalui Latin American School of Medicine, pemerintah Kuba memberikan beasiswa untuk pendidikan kesehatan kepada ratusan kaum muda miskin dari seluruh negara Amerika Latin, Afrika, bahkan Amerika Serikat. Yang menarik, di Kuba pengajaran kesehatan tidak hanya menyangkut soal ilmu pengetahuan dan seni pengobatan tapi, juga nilai-nilai pelayanan sosial terhadap kemanusiaan. Seperti dikemukakan Castro, ketika mewisuda 1610 mahasiswa pada musim panas Oktober 2005,
“modal manusia (human capital) jauh lebih bernilai ketimbang modal kapital (financial capital). Modal manusia meliputi tidak hanya pengetahuan, tapi juga – dan ini yang sangat mendasar – kesadaran, etika, solidaritas, rasa kemanusiaan yang sejati, semangat rela berkorban, kepahlawanan, dan kemampuan menciptakan sesuatu dalam jangka panjang.”***
Ditulis dalam Politik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar